10/11/10

PEMBERDAYAAN PRIBADI: Apa Tujuan Hidup Kita Masa Lalu, Kini, dan Esok?

Pertanyaan menarik dalam sebuah kuliah tentang pemberdayaan pribadi, yaitu tentang apa yang sebenarnya kita cita-citakan ketika kita baru saja lulus sekolah menengah atas sebelum masuk kuliah? Jujur agak susah saya menjawabnya karena momen tersebut sudah berlangsung 20 tahun lalu. Kejadian yang paling saya ingat adalah ketika itu saya punya keinginan kuliah di Australia untuk ambil jurusan desain grafis, tapi ternyata tidak disetujui orang tua karena masalah lokasi. Keadaan tersebut yang membuat saya sempat kuliah sastra yang tidak selesai, hingga akhirnya tetap mengambil sekolah grafis dan akhirnya “terjerembab” di kuliah periklanan.

Ketertarikan saya terhadap desain grafis sesungguhnya sudah berlangsung sejak kecil. Saking senangnya saya membaca buku & majalah, hingga pada waktu itu saya sempat bermimpi punya majalah sendiri. Beberapa lembar kertas folio sering saya lipat dua dan di tengah lipatan tersebut saya streples (jilid kawat), sehingga jadi seperti majalah kecil. Barulah saya mulai mengisinya dengan nama-nama redaksi, susunan artikelnya, juga saya gambar lembaran iklannya (kebetulan saya diberi kemampuan menggambar), seolah-olah persis seperti majalah-majalah yang saya baca. Rupanya kegemaran saya ini meyeret saya menjadi wakil redaksi majalah sekolah ketika SMP, dan ketua redaksi majalah dinding (madding) ketika SMA di Manado, bahkan mading tersebut sempat mendapat juara se-kotamadya.

Karena pengalaman ekskul di SMP dan SMA itulah sehingga saya bercita-cita untuk suatu saat bisa punya majalah sendiri, dan itulah alasan saya mengapa ingin kuliah desain grafis. Pada masa itu, para remaja banyak mengikuti tren selain dari majalah, juga dari stasiun radio. Kala itu juga sedang heboh-hebohnya sandiwara radio. Tren mendengarkan radio ini tentunya karena memang masa itu keberadaan televisi belumlah seperti saat ini. Dari kegemaran mendengarkan radio tersebut, timbul cita-cita untuk bisa punya stasiun radio sendiri.

Nasib tujuan hidup
Hari berganti hari, tahun berganti tahun, hingga kini tujuan hidup 20 tahun lalu itu ternyata belumlah menjadi nyata. Hanya ada kebiasaan masa kecil yang sudah sempat menjadi nyata, yaitu membuat iklan di media cetak (majalah/koran). Demikian pula dengan keinginan punya stasiun radio yang juga hanya sampai membuat iklan untuk radio.

Ternyata memang tidak mudah untuk memiliki usaha di bidang media. Selain faktor modal yang harus kuat, dalam memilih sumberdayanya juga harus cermat. Faktor keadaan juga mempengaruhi, yaitu makin berkurangnya peran media cetak karena adanya media internet. Begitu pula dengan radio, ketertarikan massa untuk mendengarkan radio semakin lama makin berkurang, paling di saat jam berangkat dan pulang kerja saja di dalam mobilnya, itu pun mulai tergusur oleh adanya televisi berlangganan yang sudah merambah ke dalam mobil.

Tujuan hidup kini dan nanti
Kini, keadaan sudah sangat berbeda dari yang diharapkan. Meski tujuan memiliki bisnis di bidang media tidak tercapai, namun di bidang lain saat ini sedang dicapai. Di sisi lain saya tetap bekerja. Dari semua itu, tentunya masing-masing punya tujuan yang berbeda antara bekerja dan mengelola usaha sendiri. Namun intinyya tetap sama, yaitu bertujuan untuk mencapai yang terbaik bagi semua pihak. Di tempat kerja berbuat terbaik bagi pemilik usaha dan rekan sekerja, di perusahaan sendiri tentunya yang terbaik bagi diri sendiri dan keluarga.

Dengan memiliki tujuan agar tercapai yang terbaik, diharapkan 10 tahun mendatang keduanya bisa mencapai 10 kali kebaikan dari sekarang. Di tempat saya bekerja, perusahaan menjadi semakin berkembang, klien yang sedang digarap juga ikut berkembang dan tidak berpindah ke perusahaan iklan lain, sehingga semua iklan yang diinginkan klien digarap oleh biro iklan kami. Di bidang usaha yang dikelola oleh keluarga saya, 10 kali kebaikannya suadah tentu akan menjadi semakin diakui eksistensinya, semakin berkembang, sehingga harapan ketika mendirikan usaha untuk mempekerjakan kerabat yang belum beruntung dapat pekerjaan bisa terlaksana. Perusahaan juga sudah dapat diandalkan untuk menghidupi generasi penerus.

Berubahnya tujuan hidup
Tujuan hidup 20 tahun lalu yang hanya sekadar ingin memiliki sebuah usaha di bidang media cetak dan elektronik (radio), ternyata seiring berjalannya waktu berubah menjadi lebih spesifik. Meskipun bukanlah usaha media seperti tujuan awal. Namun pada prinsipnya sama, yaitu mengelola sebuah usaha sendiri. Ketika sudah berhasil memiliki usaha sendiri apa pun jenisnya, tujuannya menjadi lebih jauh lagi tidak hanya sekadar memiliki tapi punya tujuan agar usaha ini bisa menjadi tumpuan harapan keluarga, terutama bagi keluarga atau kerabat, atau orang-orang baik di dunia ini yang kurang beruntung tidak punya tempat mencari nafkah, semoga usaha ini bisa menghidupi mereka dan keluarganya sepanjang masa. Ketika saya diberi tanggung jawab menghidupi seorang anak oleh Yang Maha Kuasa, tujuan dari usaha ini jadi bertambah, yaitu agar bisa menjadi kebanggaan anak nantinya ketika dia beranjak dewasa, dan bis amenjadi sandaran hidupnya di masa depannya kelak.

7/24/10

Honda yang sedang apes (lagi-lagi Honda?)

Hari Sabtu tanggal 24 Juli lalu, pengunjung mal di kawasan Cibubur dikejutkan oleh suara hantaman keras di gedung mal tersebut, yang ternyata ada kejadian sebuah mobil Honda City nyelonong tak terkendali menabrak gerai ATM dan toko yang ada di dekatnya (ini beritanya). Di semua berita online, jelas sekali merek dan nomor mobil tersebut ditulis. Saya jadi ingat beberapa kejadian sejenis yang merek mobilnya kebetulan sama.

Dua tahun lalu, saya sempat membuat tulisan tentang kecelakaan akibat mobil yang tak terkendali di seputaran mal atau gedung perkantoran (ini tulisannya). Ternyata dari 5 kejadian, 4 kejadian adalah merek mobil yang sama. Peristiwa terakhir pada waktu itu malahan mobil Honda yang terjun bebas dari parkiran lantai 8 jatuh menimpa mobil dengan merek yang sama!

Analisanya ya ada banyak kemungkinan, bisa jadi karena memang Honda adalah merek yang banyak dipakai sehingga tiap kejadian selalu ada merek tersebut, atau memang bermasalah di teknis transmisi matic-nya?
Tulisan ini tidak bermaksud ingin memperburuk citra merek Honda, justru bisa menjadi bahan kajian pihak produsen untuk melihat lagi, apakah memang ada masalah di bagian transmisi mobil mereka, atau hanya faktor kebetulan saja? Mudah-mudahan hanya faktor kebetulan, karena jujur saja saya pun sedang naksir salah satu jenis mobil dari merek Honda tersebut.

5/7/10

Di mana jeans dilarang?

Meski celana atau bahan jeans sudah sangat luas dipakai oleh berbagai kalangan di seluruh dunia, namun perlu diperhatikan juga adanya tempat atau lokasi yang melarang kita bertandang dengan memakai jeans, terutama celana blue jeans atau yang berbahan jeans.

Di Indonesia, tempat paling terlarang dari jeans adalah Istana Presiden RI, baik itu Istana Negara maupun Merdeka. Meski larangan ini sempat tidak berlaku di jaman Presiden Gus Dur, sepertinya aturan tersebut berlaku kembali setelahnya. Jaman Presiden Soeharto adalah masa paling ketat, ketika itu tak hanya celana atau rok berbahan jeans yang tidak boleh dipakai oleh tamu yang berkunjung, tapi juga sepatu kets dan sepatu sendal.

Baru-baru ini di kabupaten Aceh Barat provinsi Nangroe Aceh Darussalam juga dikeluarkan perda yang melarang para wanita menggunakan celana jeans terutama yang modelnya ketat memperlihatkan bentuk tubuh, tentu saja juga termasuk rok berbahan jeans apalagi yang mini. Meski larangan ini ternyata tidak berlaku bagi yang bukan warga setempat dan wanita non-Muslim, tapi cukup menimbulkan kontroversi di mana-mana.

Peraturan pelarangan jeans yang terbaru adalah di kawasan wisata Candi Borobudur. Sebenarnya pelarangannya adalah bagi pengunjung yang mengenakan celana pendek, rok jeans terutama yang pendek/mini, celana ¾, dan yang memakai sepatu kulit. Namun istimewanya pihak pengelola menyediakan kain batik yang akan dipakaikan kepada pengunjung yang pakai rok atau jeans pendek. Di beberapa Pura di Bali juga berlaku aturan yang hampir sama.

Bagi yang bekerja di perkantoran di Indonesia, atau di kantor pemerintahan, celana atau rok jeans adalah sesuatu yang sangat terlarang dipakai oleh para pegawai. Berlaku juga di kantor-kantor yang menjunjung tinggi formalitas, misalnya kantor pengacara, asuransi, atau perbankan. Namun kini di beberapa bank telah membolehkan karyawannya mengenakan jeans setiap hari Jumat.

Di negara barat, Amerika adalah yang memulai kebiasaan mengharamkan jeans di kantor yang berkondisi formal. Sebaliknya di Eropa, pegawai pemerintahan justru lebih santai, jeans bukan merupakan hal tabu untuk mereka kenakan saat bekerja setiap harinya.

Masih di manca negara, ternyata pelarangan jeans juga berlaku di Thailand, yaitu ada beberapa kuil yang melarang pengunjungnya memakai jeans, rok mini, celana pendek, baju you can see, dan jenis lain yang tidak sesuai untuk digunakan di tempat ibadah. Jika ada yang nekat malahan langsung diusir atau menyewa pakaian (yang sesuai) di situ.

Selebihnya adalah masalah etika. Seperti contohnya ada beberapa kondisi acara di Indonesia yang memang tidak ada aturannya, tetapi sebaiknya tidak bercelana jeans. Upacara memperingati hari besar nasional, atau upacara resepsi perkawinan, audisi dengan pejabat negara, berkunjung resmi ke keraton, dan masih banyak lagi, meski saat ini etika tersebut sudah mulai berubah. (b\w)

(http://www.loisindonesia.com/index.php/tapas-bar.html)

5/4/10

Pakai Jeans ke Acara Resmi? Why Not?

Pilihan busana kaum pria sangat lekat dengan jeans. Bahan yang kuat dan nyaman dipakai, membuat jeans menjadi pakaian favorit untuk dikenakan. Bahkan terkadang, pria sulit meninggalkan jeans kesayangannya saat menghadiri acara-acara resmi. Selain karena merasa lebih nyaman, memakai jeans lebih menimbulkan rasa percaya diri.

Sebenarnya, ada banyak cara agar kaum pria bisa tetap memakai jeans pada acara resmi. Berikut tips-nya:

Pertama, pilih warna yang gelap. Kalau bisa lebih baik yang hitam pekat, jangan yang biru, apalagi warna lainnya. Warna hitam akan menutupi model jahitannya, sehingga orang tidak akan mengira jika itu celana jean, dan warna hitam cocok bersifat netral sehingga kita tidak ragu jika akan memakai atasan dengan warna apa pun.

Kedua, pilih baju yang modelnya menutupi bagian atas celana, jangan pakai kemeja yang bagian bawahnya harus dimasukkan ke dalam celana. Ini bertujuan untuk menutupi model kantung, jahitan, serta kancing jeans yang kita pakai. Contoh baju seperti ini adalah baju batik, baju koko, atau safari.

Ketiga, untuk mengalihkan perhatian dari celana yang kita pakai, sebaiknya pilih baju yang memang benar-benar sesuai untuk acara resmi. Jika perlu kenakan juga asesori lain, misalnya jam tangan atau dasi berwarna cerah agar perhatian orang kebanyakan tertuju ke benda tersebut bukan kepada pakaian kita keseluruhan.

Keempat, pakai sepatu yang formil seperti pantofel atau sepatu kulit, kalau bisa berwarna hitam. Jangan terlau bagus juga jangan terlalu buluk. Ini sekali lagi bertujuan agar jangan sampai orang tertarik memperhatikan sepatu kita sehingga lama-kelamaan dia menyadari jika ternyata celana yang kita kenakan adalah celana jeans.

Terakhir, ini adalah syarat utamanya yaitu harus selalu percaya diri dan yakin ketika melangkah. Karena sekali kita terlihat gugup dan salah tingkah, maka akan membuat banyak orang akan memperhatikan kita mulai dari ujung ke ujung, sehingga sebagus apa pun pakaian yang kita kenakan akan menjadi buruk di mata yang melihat.

Selamat ber-jeans ria!


(diposting di: http://www.loisindonesia.com/index.php/tapas-bar.html)

3/8/10

My Name is Khan: perspektif segar tentang cinta & perbedaan


Sudah kira-kira setahun lalu Shah Rukh Khan rajin berpromosi untuk film My Name is Khan. Menurutnya sebagian ide cerita film ini juga berdasarkan pengalamannya sebagai penyandang nama Khan yang selalu mendapat diskriminasi karena latar belakang agamanya. Di India, Khan memang sebuah nama keluarga Muslim. Sejak dahulu, India selalu digoyang isu rasial, terutama antara pemeluk agama terbesar di sana yaitu Hindu dan Islam yang merupakan terbesar kedua.

Diskriminasi terhadap orang-orang yang punya nama berbau Islam seperti Khan semakin menjadi-jadi sejak peristiwa WTC 9/11. Itulah sebenarnya topik yang akan diangkat oleh film ini. Hebatnya, film ini mengemas pesan tersebut dengan cara yang indah, sangat menyentuh, dan juga universal, sehingga layak ditonton oleh siapa saja, karena memang film ini sarat dengan pesan moral baik yg tersurat maupun tersirat. Kelihatan sekali jika para pembuat dan juga tentu para pemainnya adalah manusia berpikiran terbuka dan positif.

Film yang diawali dengan adegan perlakuan petugas Bandara Internasional San Francisco yang memeriksa Rizwan Khan (Shah Rukh Khan) sampai lama hingga ia ditinggal oleh pesawat yg seharusnya membawa dirinya ke Washington DC untuk bertemu Presiden Amerika Serikat. Lucunya, kejadian seperti itu ternyata benar-benar dialami oleh Shah Rukh Khan hingga dua kali! Pertama adalah di Bandara Newark, New Jersey, AS pada bulan Agustus 2009. Pemeriksaan terhadap dirinya memakan waktu 2 jam hanya karena petugas salah mengidentifikasi namanya, yang ternyata hampir sama dengan nama dalam daftar teroris. Hal tersebut terjadi lagi pada bulan September 2009 di Bandara Nashville, Tennesse. Perlu waktu beberapa jam ia diperiksa bahkan oleh FBI, lagi-lagi karena namanya yang mirip-mirip dengan ‘teroris’ yang mereka cari.

Dari awal penonton sudah diberi tahu perihal ‘keistimewaan’ Rizwan yang ternyata adalah seorang penderita autis (asperger syndrome) ketika sang petugas bandara SF menemukan kartu tanda pengenal autisnya. Cerita akhirnya flashback ke belakang ketika Rizwan kecil yang hidup bersama ibu dan seorang adik laki-lakinya. Meski tingkah lakunya tidak seperti anak-anak lain, namun Rizu, panggilan sang ibu terhadapnya, mempunyai kecerdasan luar biasa. Ia sangat pintar mereparasi mesin atau barang apapun. Singkat cerita, Zakir Khan, sang adik yang ternyata juga pintar, berhasil dapat beasiswa untuk sekolah di AS. Zakir berjanji kepada sang ibu untuk membawanya ke Amerika bersama sang kakak, namun tak kesampaian karena ibunda keburu meninggal. Jadilah sang kakak yang tetap pergi ke Amerika untuk menemui adiknya. Dari sinilah cerita dimulai.

Rizwan akhirnya mengawini seorang India pemilik salon kecantikan di San Francisco bernama Mandira (Kajol) yang beragama Hindu dan punya satu anak laki-laki bernama Sameer. Kehidupan bahagia mereka berubah drastis setelah peristiwa WTC 9/11, di mana terjadi tindak kekerasan terhadap kaum Muslim, bahkan juga terhadap kaum Sikh yang disangka orang Afgan. Kebencian juga yang membuat Sameer akhirnya harus tewas karena dipukuli oleh para seniornya di sekolah, karena ia menyandang nama keluarga ayah tirinya. Itulah yang menyebabkan sang ibu menjadi berang, menyalahkan perkawinannya dengan seorang Khan, hingga akhirnya berteriak kepada sang suami: “Kenapa engkau tidak pergi menemui presiden dan bilang, My Name is Khan, and I’m not a terorist!”.

Mulai dari sini, alur cerita jadi agak sedikit lebay. Apalagi ketika momen Rizwan menjadi terkenal hingga ada di berbagai acara berita di tv, atau ketika ia berhasil membuat komunitas sebangsanya turun langsung membantu korban badai Katrina di tengah banjir setinggi dada. Atau saat terakhir di mana ia akhirnya diberi kesempatan oleh presiden terpilih AS Barrack Obama untuk menemuinya di sela-sela pidato di sebuah lapangan terbuka (apalagi Obama terlihat agak gemuk di sini, hehehe). “Sepertinya Anda lebih banyak tampil di televisi dibanding saya,” seru Obama membuka pembicaraan dengan Rizwan yang maju ke podium didampingi Mandira. Lebay tenan!

Dengan durasi 161 menit, film India ini bebas dari tari-tarian India yang kolosal itu. Dan di balik segala kekurangan dan ke-lebay-annya, My Name is Khan berhasil memberi perspektif segar tentang cinta dan perbedaan, hubungan lintas budaya, etnis, ras, dan agama. Juga membuka mata kita akan keberadaan penderita autis di sekitar kita. Bahwa di dunia ini manusia atau insan sesungguhnya hanya dibedakan menjadi dua, yaitu insan baik yang selalu berbuat baik, dan insan jahat yang selalu berbuat jahat, seperti nasihat yang selalu diutarakan oleh sang ibu kepada Rizwan. Tentunya Karan Johar, sang sutradara, juga berharap film garapannya ini akan membuat jumlah insan baik jadi semakin banyak. Semoga... [b\w]

2/2/10

TERJEBAK CINTA & FANTASI LIAR BEKASI


Pagi hari di kota Bekasi, kehidupan berjalan normal, para pekerja berangkat seperti biasa. Mereka yang bekerja, kebanyakan di Jakarta, pagi-pagi sekali sudah memacu kendaraannya keluar dari tempat tinggalnya. Sebagian ada yang membawa kendaraan roda empat, juga ada yang bermotor roda dua, tak sedikit pula yang memakai sepeda, begitu juga yang berjalan kaki. Udara terasa sejuk karena di kanan-kiri sepanjang jalan-jalan utama di kota itu banyak ditumbuhi pohon-pohon yang hijau dan asri, sehingga menambah semangat warga yang pagi itu akan memulai aktivitas bekerjanya.

Pergerakan para pengendara roda empat terbagi lagi menjadi dua, kira-kira setengah dari mereka langsung berpacu dengan waktu ke arah Jakarta lewat jalan tol Jakarta-Cikampek yang keadaannya setiap pagi ramai lancar, sebagian lagi lewat jalan inspeksi Kalimalang (Jl. KH Noer Ali), ada juga yang lewat jalan Raya Bekasi arah Pulogadung. Setengahnya lagi ternyata menuju ke sebuah gedung yang terletak di daerah jalan “segitiga emas”nya Bekasi, yaitu di Jalan Ahmad Yani, tepatnya di zona pintu keluar tol Bekasi Barat. Gedung yang terletak di tengah-tengah tiga gedung mall besar itu dahulu pernah juga menjadi pusat perbelanjaan, hanya saja tak kuat bersaing dengan yang lebih besar di kanan-kiri-depannya.

Dahulu warga kota Bekasi mengenal gedung tersebut sebagai sebuah pusat belanja yang berganti-ganti, dari mulai Borobudur hingga Ramayana. Posisi yang sangat strategis di tepi jalan tol dan jalan utama Bekasi sepertinya tidak berpengaruh terhadap kelangsungan hidup usaha di dalamnya. Kini setelah dialih-fungsikan sebagai stasiun utama monorail Bekasi (Bekasi Monorail Main Station), lokasi tersebut seperti gak ada matinya. Bagaimana tidak, stasiun tersebut dilengkapi dengan fasilitas penitipan mobil dan motor yang luas di basement-nya, warga yang bekerja di Jakarta cukup memarkirkan kendaraan di sana lalu melanjutkan menuju tempat kerja dengan naik monorail yang relnya terbentang di atas saluran air Kalimalang antara Bekasi – Jakarta.

Sementara, kawasan yang disebut “segitiga emas” di kota Bekasi itu juga sebenarnya telah membuat banyak warga Bekasi tak lagi repot-repot cari kerja, atau berkantor di ibukota. Karena di kawasan yang tertata rapi itu, sudah banyak gedung–gedung perkantoran modern yang tak kalah dengan zona perkantoran di segitiga emas Jakarta. Malahan ada sebuah bank nasional yang memilih mendirikan gedung bertingkat sepuluh, yang juga dijadikan sebagai kantor pusat, di kawasan tersebut. Mereka pilih Bekasi karena di kota seluas 210 km persegi ini telah berkembang menjadi kota satelit Jakarta yang modern, lengkap, dan tertata rapi.

Ya, Kota Bekasi memang sebuah kota modern dengan jalan-jalan utama yang cukup lebar, 6 lajur kendaraan plus tanaman bunga yang cantik di atas separator pemisah, dan pohon-pohon rindang di kanan-kiri jalan. Sarana transportasi memadai, dengan halte berdesain ergonomis, memiliki terminal bus antar provinsi yang berstandar internasional. Permukaan jalan yang mulus, karena tidak lagi bolong-bolong karena tergenang air akibat pembuatan saluran drainase yang dalam dan terarah dengan baik menuju Kali Bekasi dan Kalimalang, sehingga warga kota sudah lupa dengan yang namanya banjir. Semua kebutuhan hidup warga juga telah terpenuhi dan tersedia di kota yang berpenduduk hampir mencapai 2 juta jiwa ini. Sarana olahraga sudah siap dan lengkap di kompleks Bekasi Sport Centre di jalan Ahmad Yani. Kegiatan berkesenian, seperti konser musik & art performing, juga sudah sering digelar di Bekasi Concert Hall, atau di convention room di beberapa hotel berbintang di Bekasi.

Namun sayang, semua kondisi ideal kota Bekasi seperti yang ditulis di atas ternyata hanyalah fantasi semata. Kenyataannya, kota Bekasi masih berjalan tertatih-tatih untuk menjadi kota yang sejuk dan modern. Jalan-jalan, terutama yang menjadi bagian dari “Jalur Pantura”, memang sudah mulai diperlebar dengan pembuatan trotoar yang rapi di pinggirnya dan penanaman pohon di atas beton pemisahnya. Namun kelakuan pengendara angkutan kotanya masih tidak berubah. Jalan yang lebar akhirnya tetap jadi sempit karena mereka dengan cueknya mereka menunggu penumpang dengan berhenti bertumpuk menghabisi badan jalan. Ribuan pengendara sepeda motor tetap berdesakkan untuk mendapat tempat paling depan ketika lampu lalu lintas berwarna merah, atau ketika akan melintasi rel KA yang palangnya sedang tertutup. Coret-coretan dan sampah tetap eksis ada di mana-mana tak terkendali, mungkin juga karena kurangnya tempat sampah, atau memang tak punya kesadaran bersih lingkungan?

Kalau ngomong tentang pembenahan kota, pasti berhubungan erat dengan pendapatan daerah. Kota Bekasi sesungguhnya hanya punya kekayaan lokasi yang strategis dan jumlah penduduk yang lumayan banyak, potensi yang terbatas tentunya bukanlah alasan untuk tidak bisa berkembang. Takdir geografis kota Bekasi yang menempel dengan Jakarta dan menjadi jalur utama ke arah timur justru dapat dimanfaatkan untuk menjadi daerah transit favorit. Lihat Singapura! Apa yang dimiliki oleh negara kota tersebut awalnya tak beda jauh dengan Bekasi, bahkan mereka cuma mengandalkan lokasi yang strategis. Tapi buktinya, mereka bisa seperti sekarang, padahal sebagian besar pendapatan mereka hanya dari jual jasa bagi negara-negara lain, termasuk dari Indonesia!

Jika melihat kasus Singapura, bukan tak mungkin fantasi liar akan kota Bekasi seperti ditulis di atas benar-benar bisa terwujud, tinggal masalahnya adalah warga juga harus mau mengubah kelakuannya. Sarana jalan yang bagus juga perlu pemakai jalan yang disiplin, dan warga sekitar yang peduli lingkungan. Oh iya, sebelum masyarakat dituntut untuk lebih peduli dan menjaga keindahan dan kenyamanan kota, perilaku pejabat pemerintahnya adalah bagian terpenting dari bakal tercapainya semua itu. Jangan ada lagi pungutan liar bagi warga yang akan mengurus surat-surat birokrasi. Jangan ada lagi kelakuan sok jagoan pejabat pemerintah jika berhadapan dengan warga. Jangan ada lagi jarak antara aparatur pemerintah dan warga, karena hal itu akan sangat menghambat perkembangan kota menuju kondisi yang ideal. Jika cinta Bekasi, ya memang harus berbuat nyata. Jangan terjebak di rasa cinta dan sekadar fantasi liar saja seperti penulis blog ini, hehehe. [b\w]

1/2/10

Aerosmith yang legendaris dan mulai rapuh

Satu lagi band kondang internasional yang akhir-akhir ini sedang ramai diberitakan sedang cari personel baru selain Oasis yang Agustus lalu resmi kehilangan satu personelnya, baru-baru ini band rock Amerika Aerosmith juga ramai diberitakan sedang mencari vokalis baru. Kabarnya band asal Boston itu bakal ditinggal Steven Tyler yang selama ini jadi vokalis. Gitaris Aerosmith, Joe Perry, awal November kemarin mengatakan tentang keluarnya Tyler. Menurut Perry, ayah dari artis Liv Tyler tersebut selama ini sudah jarang melakukan komunikasi dengan personel Aerosmith yang lain sehingga ada kemungkinan ia tidak lagi bersama band.

Isu tentang hengkangnya sang vokalis ternyata dijawab oleh Tyler sendiri justru dengan hadir di acara yang dibuat oleh Joe Perry. Ketika sang gitaris itu sedang membuat sebuah acara yang dinamakan Joe Perry Project di New York, Tyler datang bahkan ikut berduet dengan Perry membawakan Walk This Way, salah satu lagu Aerosmith. Pada kesempatan itulah Tyler menyatakan bahwa dirinya tidak akan meninggalkan Aerosmith. Kemunculannya semakin membuat ragu para penggemar band gaek tersebut, karena sebelumnya pernyataan Perry sempat dijawab oleh Joey Kramer sang penggebuk drum bahwa Aerosmith tidak akan bubar. Mungkinkah band yang lagunya ngetop jadi soundtrack film Armagedon ini akan bubar begitu saja setelah 40 tahun, atau tetap eksis di dunia musik dengan personel tetap seperti dulu?

Kenyataannya memang band yang lahir pada bulan Oktober tahun 1970 itu sudah terlihat mulai rapuh. Para personelnya yaitu Steve Tyler sang vokalis, Joe Perry gitaris, Joey Kramer drummer, Tom Hamilton pada bass, dan gitaris Brad Whitford, masing-masing sudah berumur lebih dari 55 tahun. Usia yang sudah tidak muda lagi itu bikin mereka jadi terlihat kepayahan ngikutin gaya hidup anak band. Tom Hamilton kabarnya terkena kanker hingga harus dioperasi, sementara Tyler sempat operasi tenggorokan 3 tahun lalu dan Agustus kemarin baru saja terpeleset dari panggung hingga kepalanya dijahit, begitu pula Brad Whitford yang sempat celaka di luar pertunjukkan. Semoga saja mereka bisa bertahan dan tetap menghasilkan musik-musik yang Crazy (seperti salah satu judul lagu mereka), meski usia sudah menjelang senja. I don't wanna miss a thing!* (b\w)

*diolah dari berbagai sumber

BACA JUGA

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...