10/25/12

Tragedi 9/11 idenya dari novel?


“Hebat!” kata itu lah yang pertama kali terlontar ketika melihat proses pesawat yang menabrak gedung pencakar langit kembar di New York tersebut. Tragedi yang katanya merupakan aksi terorisme pada tanggal 11 September 2001 jam 09.59 pagi waktu New York – Amerika Serikat itu, sempat mengundang decak kagum di kalangan kuli ide.

Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap korban yang tewas mengenaskan akibat runtuhnya gedung WTC berlantai 110 itu, aksi menabrakan gedung seperti itu sungguh ide yang luar biasa. Bisa-bisanya si “teroris” punya ide gila! macam begitu. Ide yang efektif langsung bikin malu Amerika, atau justru efektif langsung menuduh golongan Islam sebagai orang-orang nekat nan barbar?

Kita tinggalkan dulu latar belakang politik dari tragedi 9/11 itu. Karena sebenarnya yang ingin dibahas justru idenya. Apakah benar-benar sebrilian itu? Selain ketika perang dunia ke-2 lalu tentara udara Jepang sering melakukan tindakan bunuh diri dengan menghujamkan pesawat tempurnya ke sasaran yang disebut kamikaze, ternyata ide menabrakan pesawat penumpang ke pusat pemerintahan Amerika, juga sudah ada di dalam novel terbitan tahun 1996 karangan Tom Clancy.

Executive Orders, adalah judul dari novel setebal kotak sepatu karya Tom Clancy, seorang broker asuransi yang memiliki perhatian besar terhadap masalah kemiliteran dan intelejen. Novel ini bercerita tentang pergulatan seorang penasihat keamanan nasional John Patrick Ryan, yang terpaksa menjadi presiden karena kematian Presiden Amerika Serikat, akibat tindakan kamikaze pesawat Boeing 747 Japan Airlines yang ditabrakkan ke gedung Capitol Hill, sehingga menyebabkan Amerika Serikat kehilangan Presidennya. Sekaligus sebagian besar menteri kabinetnya, plus sebagian besar anggota parlemennya. Novel ini telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, dan diterbitkan oleh Gramedia.

Jika membaca novel yang terbit pada tahun 1996 tersebut, dijamin keraguan langsung menerpa di dada. Pertanyaan serupa di atas kembali muncul lagi. Apa benar ide menabrakan pesawat itu murni dari para teroris, atau karena  mereka membaca novel spektakular ini? Atau jangan-jangan “nothings new under the sun” berlaku juga untuk ide-ide barbar di kalangan para teroris? Yang jelas, kata-kata “hebat” di awal tulisan sudah seharusnya ditarik kembali. Selain kata itu tidak berperikemanusiaan, juga karena mungkin saja ide brilian pelaku muncul lantaran mereka membaca novel tebal tersebut. Hanya Tuhan yang tahu, dan semoga arwah korban tragedi 9/11 diterima di sisi-Nya. Amiiin. (b/w)

10/20/12

Iwan Fals dan Slank yang tetap berdiri untuk semua golongan


Pemilu di Indonesia tak hanya sekadar pesta demokrasi, tapi juga ajang meraup rejeki bagi banyak orang, termasuk para musisi yang menghibur di saat kampanye berlangsung. Tapi itu tidak berlaku bagi dua insan musik besar negeri ini, yaitu Iwan Fals dan grup band Slank.

Tekad Iwan Fals dan grup Slank untuk netral dalam pemilu Indonesia dibuktikan dengan tetap keukeuh tidak menerima job dari pihak partai atau capres mana pun dalam Pemilu 2009 lalu. Slank bahkan sudah sejak tahun 1990-an selalu kabur ke luar kota ketika masa-masa pemilu berlangsung, untuk menghindari orang-orang partai yang selalu mendatangi dan membujuk, bahkan mengancam, agar Slank mau menerima job dari mereka.

Begitu juga dengan Iwan Fals, penolakan job di saat pemilu legislatif dan pemilihan presiden juga dilakukannya. Ketika masa kampanye pilpres 2009, musisi legendaris itu sempat ditawari untuk menjadi bintang iklan salah satu capres, bahkan meski hanya lagunya saja yang akan dijadikan musik pengantar iklan, Iwan tetap menolak tawaran menggiurkan itu.

Konsistensi mereka bukanlah tanp
a risiko. Akibat dari penolakan tersebut Slank bahkan sempat dihambat izin konsernya. Iwan Fals juga mengalami jadi ‘pengangguran’ selama masa pemilu tersebut. Namun semua itu tetap mereka jalani, terutama demi jutaan Slankers dan Orang Indonesia (OI), sebutan untuk para penggemar Slank dan Iwan Fals, yang berasal dari semua golongan. Salut untuk Iwan Fals dan Slank, mereka memang Talk Less Do More dan pantas jadi Claser Music Heroes! (b\w)


tulisan ini diposting di clas-mild.com pada tahun 2009

10/11/12

Banjir Iklan, Iklan Banjir


Banjir. Sebuah kata yang sedang naik daun. Pamornya mulai mengalahkan kata korupsi, atau mungkin mulai menenggelamkan kata-kata Adam Air yang sebelumnya juga banyak disebut-sebut karena diduga tenggelam. Sungguh cerdik si banjir memilih cara untuk menegaskan eksistensi dirinya, yaitu dengan mendatangi hampir seluruh wilayah ibukota RI, sehingga ia meraup kesuksesan luar biasa dan jadi pembicaraan di mana-mana.

Banjir, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), merupakan sebuah kata kerja (verb), yang memiliki arti: berair banyak dan deras, air yang banyak dan mengalir deras, atau peristiwa terbenamnya daratan yang biasanya kering karena volume air yang meningkat. Tapi kata ‘banjir’ juga merupakan kata kiasan yang berarti ‘datang (ada) banyak sekali’ dan inilah yang membuat banjir sering dieksploitir menjadi iklan.

Banjir, ternyata bisa juga dipakai untuk memberitahu konsumen bahwa ada hadiah jika beli sebuah produk yang sedang promo: “Banjir hadiah!” Atau “Banjirilah segera!” untuk mengajak konsumen agar berbondong-bondong datang. Dalam hal ini, banjir bersaing ketat dengan saudaranya yaitu kata hujan. “Hujan hadiah!” masih enak terdengar, tapi jika “Hujanilah segera!” sepertinya agak aneh ya?

Banjir cukup efektif untuk meyakinkan konsumen akan kehandalan sebuah produk. Beberapa produk otomotif pernah terang-terangan melakukan gerakan cepat tanggap, yaitu dengan membuat iklan yang memotret keadaan mobil mereka sedang melaju gagah berani membelah banjir. “Makanya beli donk mobil ini, biar nggak susah kalo musim banjir ginii…!” begitulah kira-kira iklan tersebut ‘berteriak’ lantang.

Banjir mampu dengan ciamik mengangkat citra perusahaan jadi semakin baik di mata konsumen. Seperti yang waktu itu dilakukan oleh sebuah perusahaan asuransi mobil di kala menjelang musim hujan, yaitu dengan mengeluarkan iklan berisi beberapa tips bagi pemilik kendaraan atau pengemudi untuk menghindari atau menghadapi banjir. Seri iklan berikutnya sungguh membuat konsumen makin jatuh cinta, di mana terlihat petugas mereka sedang menolong kendaraan milik konsumen yang sedang mogok ditengah banjir. Ooh…so sweet, bukan?

Banjir punya banyak penggemar. Terbanyak adalah dari kalangan perusahaan properti. Biasanya iklan properti selain menawarkan harga dan fasilitas, juga menempatkan sang banjir pada tempat istimewa di lay-out. Bahkan ada yang mempersilakannya menutupi visual-visual penting dalam iklan tersebut, asalkan banjir selalu berkolaburasi dengan kata-kata lain sehingga menjalin sebuah kalimat wajib: “Lokasi Bebas Banjir!”

Di saat banjir begini, iklan-iklan berlatarbelakang banjir semakin membanjir, mulai dari iklan sepatu boot, hingga produk sabun kesehatan. Jika dikemas dengan baik, tentunya iklan-iklan (bertema) banjir itu tidak menjadi iklan yang dibenci seperti layaknya musibah banjir. Ayo! Banjirilah ranah iklan ini dengan ‘iklan banjir’ yang baik! Tapi, seperti apa sih ‘iklan banjir’ yang baik? Mungkin bisa ditanyakan pada rumput yang bergoyang, dengan catatan jika rumputnya masih hidup, belom kena banjir…! [b\w]


dimuat di majalah AdDiction, Maret 2007


Sumber: http://benewaluyo.multiply.com/journal/item/1/Banjir-iklan-iklan-banjir

BACA JUGA

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...