12/18/12

Lama-lama Mereka Menghilang

“Tliliit, pagerku berbunyi, tlilit.. begitu bunyinya...” demikian potongan bait lagu rap salah satu grup rapper Indonesia yang lagunya ini terkenal pada awal tahun 90-an

Pager atau radio panggil. Saat ini kata-kata itu jadi terasa asing di telinga, padahal kira-kira 10 tahun lalu, banyak orang berusaha untuk punya kotak kecil itu. Pemiliknya merasa bahwa dia jadi bagian orang kantoran, atau ’orang  sibuk yang bekerja’ atau berasa sebagai seorang profesional.

Makin lama, pager menghilang dengan sendirinya, diganti dengan telepon selular. Hantaman makin telak terhadap pager ketika mulai berfungsinya sms yang bisa antar operator selular. Kepemilikannya jadi sangat berkurang. Dulu mahasiswa yang punya pager sangat jarang sekali. Tapi sekarang, bahkan anak SD saja sudah ada yang punya, atau tepatnya dibawakan telepon selular oleh orangtuanya.

Selain pager, ada beberapa lagi jenis barang yang tak lama lagi akan menghilang dari kehidupan kita. Bisa jadi kamera dengan film negatif, adalah salah satunya. Bertaburannya banyak macam kamera digital yang makin mudah pemakaiannya, lama-kelamaan membuat kamera dengan film seluloid tersisih setersisih-sisihnya.

Mesin ketik sepertinya juga sudah jarang kita temukan di berbagai perkantoran. Apalagi dengan makin murahnya harga komputer, komputer jinjing (laptop), dan printer. Hal itu akan semakin menjauhkan mesin ketik manual dari jangkauan kita sehari-hari.

Meskipun kita masih banyak melihat di sudut-sudut kota, telepon umum koin kiranya tak lama lagi akan menghilang juga. Saudaranya yaitu telepon umum dengan kartu megnetik tipis, tampaknya sudah lebih dulu raib, demikian juga dengana kartunya yang sempat jadi trend pemasangan iklan, bahkan dikoleksi, karena banyak memuat gambar-gambar bagus. Kini kartu voucher selular atau bahkan kartu nomor perdana menggantikan pamornya.

Jangan terburu-buru menyalahkan kemajuan teknologi dalam hal ini. Karena ternyata tak semua kemajuan itu menghilangkan barang lama. Contohnya adalah sepeda. Dengan ditemukannya motor, mobil, hingga pesawat terbang, tidak bisa menghilangkan keberadaannya. Begitu pula jam tangan putar yang berjalan menggunakan pegas atau per, keberadaan jam digital sekalipun tak membuat jenis jam ini menghilang dari peradaban.

Ketik DAFTAR, spasi, NAMA, kirim ke 6288...” itulah contoh masih berlakunya hingga kini kata ketik yang awalnya berasal dari kegiatan orang mengetik dengan mesin ketik. Yaah, meski mesinnya saat ini entah ada di mana, paling tidak kata-katanya masih eksis, hehe. [b\w] 


Posting di: ikhlas-online

12/4/12

Bertani adalah ibadah yang mulia di sisi Allah SWT


Cuaca akhir-akhir ini yang tidak menentu akibat keseimbangan alam yang terganggu. Banyak yang jadi bingung dengan keadaan ini, terutama saudara-saudara kita yang pekerjaannya sangat bergantung dengan kondisi cuaca. Salah satu yang terpengaruh adalah para petani, terutama yang mengandalkan pengairan dari tadah hujan. Namun meski begitu, hidup tetaplah harus terus berjalan.

Bagaimana pun keadaan dunia ini, kita semua punya kewajiban mencari nafkah untuk bisa bertahan hidup di dunia ini. Seperti firman Allah SWT berikut ini:

هو الذى جعل لكم الارض ذلولا فامشوا فى مناكبها وكلو من رزقه,واليه النشور

"Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepadaNya kamu kembali (setelah) dibangkitkan." (QS Al Mulk ayat 15)

Artinya di sini adalah manusia wajib mencari rezeki yang telah disediakan Sang Maha Pemberi Rezeki dengan melakukan upaya apa pun selama tidak melanggar aturan Allah Subhahanahu wa Ta’ala. Tentunya termasuk para petani yang harus tetap berusaha bercocok tanam meski dalam kondisi cuaca tidak bagus. Sebagai tulang punggung bangsa dalam hal pengadaan pangan masyarakat luas, kerja keras petani akan selalu mendapat penghargaan dari banyak orang, apalagi dari Allah SWT. Rasulullah SAW. pun pernah bersabda:

ما من مسلم يغرس غرسا أو يزرع زرعا فيأكل منه طير أو إنسان أو بهيمة إلا كان له به صدقة

“Tidaklah seorang muslim menanam tanaman atau menabur benih, lalu tanaman itu dimakan oleh burung atau manusia atau juga binatang ternak, kecuali yang demikian itu sebagai shadaqoh darinya” (HR. Bukhari - Muslim)

Jadi jelas bahwa bertani adalah pekerjaan yang mulia, karena mengolah lahan sehingga dapat mendatangkan manfaat bagi sekalian umat. Walau pun di lain pihak, banyak juga manusia yang mengatasnamakan petani atau dengan dalih bertani tapi kenyataannya malah merusak alam, lalu merugikan banyak pihak, termasuk para petani yang benar-benar mencari nafkah dengan bertani. Padahal masih banyak hal lain yang lebih penting harus dihadapi oleh para hamba Allah yang mulia ini, misalnya tanaman yang selalu diserang hama, belum lagi kualitas hasil panen yang tidak bagus karena pupuknya yang bermasalah, hingga masalah penjualan hasil pertaniannya. 

Hal-hal yang mengganggu para petani dalam mencari nafkah bisa jadi merupakan ujian dari Allah SWT, karena seperti yang kita semua tahu, Beliau selalu memberi manusia ujian agar kita tetap tegar dalam menghadapi kehidupan. Kemuliaan yang telah Allah SWT berikan tentunya tidak boleh begitu saja disia-siakan hanya karena berbagai masalah yang menghadang. Usaha tetap harus dilakukan, Allah SWT telah mengingatkan kita akan hal tersebut seperti firman-Nya dalam Al Quran surat Ar Ro’d ayat 11:

إن الله لايغير ما بقوم حتى يغيروا ما بأنفسهم

Tidaklah ALLAH mengubah/menarik NI’MAT suatu kaum sehingga kaum itu mengubah apa yang ada di diri mereka sendiri (tidak mensyukuri ni’mat).

Tidak ada masalah yang tidak dapat diatasi, semua ada jalan keluar jika manusia mau terus berusaha menemukannya, apalagi dilandasi niat yang kuat dan ikhlas karena Allah SWT. Berbagai hambatan mulai dari kerusakan lahan, gagal panen, pupuk yang langka hingga mahalnya harga pestisida, semua itu pasti bermuara pada sebuah solusi yang akan membuat kita jadi semakin mulia di sisi Allah Azza wa Jalla.

Selain membawa manfaat bagi banyak orang karena mengatasi masalah pangan, petani dan kegiatan bertaninya juga mulia karena melestarikan kehidupan. Tanaman sebagai salah satu makhluk Allah SWT sangat memerlukan manusia yang dapat memberinya kehidupan agar keseimbangan alam tetap terjaga. Bahkan kalau perlu hingga di ujung zaman, kita tetap harus melestarikan kehidupan. Seperti yang ditegaskan Rasulullah saw:

"Jika kiamat telah mendatangi salah seorang di antara kalian dan di tangannya (masih) ada bibit kurma, maka hendaklah dia menanamnya." (HR Ahmad).

Wallahu a’lam. [b\w]

BACA JUGA

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...