Beton-beton “pasak bumi” berukuran raksasa tersebut dengan pelan tapi
pasti dihujamkan ke dalam tanah di sepanjang sungai yang dikenal oleh
warga dengan nama Kali Bekasi. Setelah beton-beton tersebut berjajar
rapi masuk belasan meter di bawah tanah, bagian atasnya diurug dengan
tanah dan kembali ditanami rumput, sehingga tidak terlihat jika
sebenarnya terdapat barisan beton yang angkuh yang bertugas menahan
derasnya aliran air Kali Bekasi itu. Bahkan sekarang ini di sekitar
beton tersebut dilepas kijang tutul jinak yang setiap sore menjadi
hiburan gratis penduduk sekitar.
Kejadian di atas itu berlangsung sudah sekitar dua tahun silam. Meski
“penanaman” beton tersebut menciptakan suara berisik sepanjang hari,
namun ketika semua sudah tertanam menimbulkan ketenangan hati bagi warga
yang tinggal di sepanjang aliran kali yang sudah dibeton itu tadi.
Mengingat banjir yang lumayan merepotkan pernah terjadi di tahun 2004
akibat jebolnya tanggul penahan aliran kali tersebut.
Rupanya pada awal tahun 2013 ini banjir kembali menggenangi perumahan
tersebut meskipun bukan disebabkan oleh jebolnya tanggul yang sudah
diperkuat itu tadi, tapi dari tanggul di kompleks lain yang sepertinya
memang belum dibuat dari beton “pasak bumi” seperti itu. Hari Jumat
tanggal 18 Januari 2013 lalu adalah puncak dari meluapnya air Kali
Bekasi yang kali ini memakan waktu yang cukup lama untuk kembali surut,
lebih lama dari kejadian tahun 2004.
Limpahan air Kali Bekasi yang sempat menggenangi sebagian jalan utama
di kompleks tersebut ternyata membuat beberapa bagian jalan yang
dibangun dari conblock tersebut mengalami kerusakan. Meski kerusakan
tidak parah, namun pihak pengembang kompleks tersebut sepertinya tidak
ingin mengecewakan para pengendara yang sering melewati jalan di situ.
Sehari setelah peristiwa tersebut, sudah terlihat beberapa pekerja mulai
membongkar susunan conblock untuk kembali dipasang dengan rapi sehingga
tidak turun naik.
Meskipun jalan tersebut sudah dihibahkan dari pengembang kepada
Pemkot Bekasi, tapi pihak pengembang tidak tinggal diam begitu saja
menunggu jalan jadi semakin rusak. Memang tindakan seperti inilah yang
diperlukan warga. Tindakan cepat pengelola kompleks itu memang sudah
dilakukannya sejak dahulu terutama yang berhubungan dengan kepentingan
umum, dan hal ini patut diberi apresiasi.
Memang tidak bisa membandingkan pengelolaan sebuah kota dengan
pengelolaan sebuah kompleks perumahan. Tapi mungkin jika pengelolaan
kota kita serahkan kepada para pengelola kompleks perumahan yang tanggap
seperti contoh di atas, bisa jadi warga kota akan merasa lebih nyaman
ketimbang dikelola oleh para politisi.
Sumber: bloggerbekasi.com
Tgl. posting: Senin, 21 Januari 2013
5/12/13
5/11/13
Pantaskah Anak-anak Diajak Mendukung Raffi Ahmad?
Entah
apa yang ada di benak penyelenggara acara atau pembawa acara Idola
Cilik di salah satu stasiun tv swasta pada Sabtu siang lalu (2/2/2013).
Di tengah acara kontes menyanyi untuk anak-anak kecil itu, dengan
pedenya si Okky Lukman, host
acara tersebut yang berdiri di panggung menghadap juri dan penonton
yang sebagian anak-anak kecil, mengajak para hadirin untuk mendoakan
Raffi Ahmad yang sedang terkena musibah. “Semoga kak Raffi diberi yang
terbaik. I love you kak Raffi!” begitu teriak Okky sembari memasang
tampang serius.
Raffi
Ahmad memang sempat menjadi salah satu juri di acara tersebut. Okky
Lukman pun mungkin juga bersahabat dekat dengan dia. Tapi ketika Raffi
sudah terbukti terlibat masalah narkoba, seharusnya tidaklah perlu
penonton apalagi anak-anak kecil di acara tersebut, untuk diajak memberi
dukungan kepada seorang yang terindikasi dengan narkoba. Bagaimana jika
anak-anak itu ketika besar nanti berpikir bahwa bergaul dengan narkoba
bukanlah sebuah kesalahan. “Buktinya si artis “x” itu masih mendapat
dukungan dari banyak orang…” begitu pikir mereka nanti.
Keesokan
harinya masih di stasiun tv yang sama. Di hari Minggu pagi, di
tengah-tengah acara Dahsyat, di mana Raffi Ahmad juga sebagai salah satu
pembawa acaranya, kembali mereka mengajak penonton untuk memberi
dukungan kepada Raffi Ahmad. Ditayangkan gambar-gambar ketika pemuda 26
tahun itu masih aktif sebagai host
Dahsyat. Di sini malah Raffi diperlakukan seolah-olah sudah tiada.
Kasihan dia dibuat seperti “in-memoriam”. Para produser acara tv yang
memakai Raffi Ahmad sepertinya tidak mau menanggung kesalahan karena
pilihannya itu. Mereka sudah sampai tahap berlebihan, lebay, dalam menyikapi kasus artisnya.
Memang
dukungan secara pribadi diperlukan bagi si artis yang tersandung
masalah hukum, agar tetap tegar menghadapi permasalahannya, apalagi jika
dukungan tersebut diberikan oleh sesama artis, itu sah-sah saja. Tapi
bukan berarti dukungan tersebut juga “diwajibkan” bagi para penggemar
atau penonton acara yang tadinya digawangi oleh si artis. Seharusnya
mereka juga melihat penontonnya yang kebanyakan adalah anak-anak dan
remaja, tidak sepatutnya meracuni mereka dengan dukungan yang salah
alamat itu. Kalaupun Raffi Ahmad dijebak, janganlah “menjebak” anak-anak
hingga menganggap narkoba itu hal yang biasa. Kasihan generasi muda
kita, di benak mereka mana yang benar dan salah menjadi bias.
Di
republik ini, bukan cuma hukuman negara saja yang kurang keras terhadap
orang-orang yang terlibat narkoba, tapi hukuman atau sanksi sosial yang
diterima juga ternyata kurang membuat jera pelaku yang lain. Apalagi
ada media masa yang ikut mendukungnya, bukannya memberi sedikit ganjaran
agar dapat menjadi pelajaran bagi para pemirsanya.
sumber: kompasiana
tgl posting: 03 February 2013 | 23:35
Subscribe to:
Posts (Atom)