5 September 2008
|
"Apa tujuan hidup Anda?" Jika pertanyaan itu keluar dari mulut
orang tua kita, atau keluarga, guru/dosen, senior, atau boss kita, tentu
tidaklah aneh. Tapi jika pertanyaan ini keluar dari seorang dokter ahli
penyakit dalam ketika kita menjadi pasiennya, apa nggak cukup
mengagetkan...?
Seumur hidup baru sekali ini berobat ke dokter yang ‘ngobrolnya’ justru bukan tentang kesehatan, tapi lebih banyak ngebahas masalah spiritual. Dia bilang bahwa di dunia ini ada yang lebih penting daripada masalah psikis, yaitu spiritual. Dari situlah pak dokter separuh baya itu mulai membahas tentang apa arti hidup.
Ketika kami coba memberi jawaban bahwa tujuan hidup kita guna mencapai kebahagiaan, dia balas dengan pertanyaan “Kalau ternyata tidak bahagia bagaimana? Nanti malah stress....!” lalu ia menambahkan lagi, “Contohnya banyak orang ketika akan berumah tangga tujuannya karena ingin punya anak, tapi ketika Tuhan nggak kasih, mereka jadi saling menyalahkan dan malah stress, akhirnya bubar.” Bener juga sih... lalu apa sebenarnya tujuan hidup kita?
“Kita hidup ini tujuannya hanya satu, yaitu menjadi budak/abdi yang baik dari Tuhan Sang Maha Kuasa, Maha Pencipta!” tegas pak dokter. “Kalo semua kita serahkan kepada Tuhan, berbuat sesuatu demi Tuhan, jika ada kegagalan atau tidak mencapai tujuan, kita tidak akan menyesali diri atau stress, karena itu semua memang sudah kehendak-Nya,” tambahnya.
Benar juga ya. Jadi hidup kita ini bukan diatur oleh deadline, oleh target penjualan, oleh boss yang selalu ketakutan, atau oleh klien yang sok tau, tapi kita bekerja, berjalan, bercinta karena Tuhan. Kalo orang bilang “nawaitu”-nya musti jelas kepada siapa. Ya kepada Tuhan...
“Jadi kalo sakit, kita pasrahkan saja ke Tuhan tetapi sambil tetap berusaha. Saya sebagai dokter hanya perantara saja. Jika sembuh berarti kehendak Tuhan, jika tidak sembuh berarti memang sudah takdir Tuhan,” ujar dokter itu dengan bijak. “Berarti semua harus ikhlas ya, dok...” seru saya dengan lagak sok pintar. “Ikhlas itu hanya caranya saja, tapi tujuan utamanya tetap mengabdi kepada Tuhan,” jawab dokter internis itu sambil menulis resep.
Nah, ternyata kami baru saja dapat bonus dari Tuhan. Periksa ke dokter tidak hanya menjadi sembuh atau sehat secara fisik, tapi juga bertemu abdi setia-Nya yang sangat memberi pencerahan bathin sehingga kesehatan spiritual kami menjadi bugar. [b\w]
Seumur hidup baru sekali ini berobat ke dokter yang ‘ngobrolnya’ justru bukan tentang kesehatan, tapi lebih banyak ngebahas masalah spiritual. Dia bilang bahwa di dunia ini ada yang lebih penting daripada masalah psikis, yaitu spiritual. Dari situlah pak dokter separuh baya itu mulai membahas tentang apa arti hidup.
Ketika kami coba memberi jawaban bahwa tujuan hidup kita guna mencapai kebahagiaan, dia balas dengan pertanyaan “Kalau ternyata tidak bahagia bagaimana? Nanti malah stress....!” lalu ia menambahkan lagi, “Contohnya banyak orang ketika akan berumah tangga tujuannya karena ingin punya anak, tapi ketika Tuhan nggak kasih, mereka jadi saling menyalahkan dan malah stress, akhirnya bubar.” Bener juga sih... lalu apa sebenarnya tujuan hidup kita?
“Kita hidup ini tujuannya hanya satu, yaitu menjadi budak/abdi yang baik dari Tuhan Sang Maha Kuasa, Maha Pencipta!” tegas pak dokter. “Kalo semua kita serahkan kepada Tuhan, berbuat sesuatu demi Tuhan, jika ada kegagalan atau tidak mencapai tujuan, kita tidak akan menyesali diri atau stress, karena itu semua memang sudah kehendak-Nya,” tambahnya.
Benar juga ya. Jadi hidup kita ini bukan diatur oleh deadline, oleh target penjualan, oleh boss yang selalu ketakutan, atau oleh klien yang sok tau, tapi kita bekerja, berjalan, bercinta karena Tuhan. Kalo orang bilang “nawaitu”-nya musti jelas kepada siapa. Ya kepada Tuhan...
“Jadi kalo sakit, kita pasrahkan saja ke Tuhan tetapi sambil tetap berusaha. Saya sebagai dokter hanya perantara saja. Jika sembuh berarti kehendak Tuhan, jika tidak sembuh berarti memang sudah takdir Tuhan,” ujar dokter itu dengan bijak. “Berarti semua harus ikhlas ya, dok...” seru saya dengan lagak sok pintar. “Ikhlas itu hanya caranya saja, tapi tujuan utamanya tetap mengabdi kepada Tuhan,” jawab dokter internis itu sambil menulis resep.
Nah, ternyata kami baru saja dapat bonus dari Tuhan. Periksa ke dokter tidak hanya menjadi sembuh atau sehat secara fisik, tapi juga bertemu abdi setia-Nya yang sangat memberi pencerahan bathin sehingga kesehatan spiritual kami menjadi bugar. [b\w]