Pertanyaan menarik dalam sebuah kuliah tentang pemberdayaan pribadi, yaitu tentang apa yang sebenarnya kita cita-citakan ketika kita baru saja lulus sekolah menengah atas sebelum masuk kuliah? Jujur agak susah saya menjawabnya karena momen tersebut sudah berlangsung 20 tahun lalu. Kejadian yang paling saya ingat adalah ketika itu saya punya keinginan kuliah di Australia untuk ambil jurusan desain grafis, tapi ternyata tidak disetujui orang tua karena masalah lokasi. Keadaan tersebut yang membuat saya sempat kuliah sastra yang tidak selesai, hingga akhirnya tetap mengambil sekolah grafis dan akhirnya “terjerembab” di kuliah periklanan.
Ketertarikan saya terhadap desain grafis sesungguhnya sudah berlangsung sejak kecil. Saking senangnya saya membaca buku & majalah, hingga pada waktu itu saya sempat bermimpi punya majalah sendiri. Beberapa lembar kertas folio sering saya lipat dua dan di tengah lipatan tersebut saya streples (jilid kawat), sehingga jadi seperti majalah kecil. Barulah saya mulai mengisinya dengan nama-nama redaksi, susunan artikelnya, juga saya gambar lembaran iklannya (kebetulan saya diberi kemampuan menggambar), seolah-olah persis seperti majalah-majalah yang saya baca. Rupanya kegemaran saya ini meyeret saya menjadi wakil redaksi majalah sekolah ketika SMP, dan ketua redaksi majalah dinding (madding) ketika SMA di Manado, bahkan mading tersebut sempat mendapat juara se-kotamadya.
Karena pengalaman ekskul di SMP dan SMA itulah sehingga saya bercita-cita untuk suatu saat bisa punya majalah sendiri, dan itulah alasan saya mengapa ingin kuliah desain grafis. Pada masa itu, para remaja banyak mengikuti tren selain dari majalah, juga dari stasiun radio. Kala itu juga sedang heboh-hebohnya sandiwara radio. Tren mendengarkan radio ini tentunya karena memang masa itu keberadaan televisi belumlah seperti saat ini. Dari kegemaran mendengarkan radio tersebut, timbul cita-cita untuk bisa punya stasiun radio sendiri.
Nasib tujuan hidup
Hari berganti hari, tahun berganti tahun, hingga kini tujuan hidup 20 tahun lalu itu ternyata belumlah menjadi nyata. Hanya ada kebiasaan masa kecil yang sudah sempat menjadi nyata, yaitu membuat iklan di media cetak (majalah/koran). Demikian pula dengan keinginan punya stasiun radio yang juga hanya sampai membuat iklan untuk radio.
Ternyata memang tidak mudah untuk memiliki usaha di bidang media. Selain faktor modal yang harus kuat, dalam memilih sumberdayanya juga harus cermat. Faktor keadaan juga mempengaruhi, yaitu makin berkurangnya peran media cetak karena adanya media internet. Begitu pula dengan radio, ketertarikan massa untuk mendengarkan radio semakin lama makin berkurang, paling di saat jam berangkat dan pulang kerja saja di dalam mobilnya, itu pun mulai tergusur oleh adanya televisi berlangganan yang sudah merambah ke dalam mobil.
Tujuan hidup kini dan nanti
Kini, keadaan sudah sangat berbeda dari yang diharapkan. Meski tujuan memiliki bisnis di bidang media tidak tercapai, namun di bidang lain saat ini sedang dicapai. Di sisi lain saya tetap bekerja. Dari semua itu, tentunya masing-masing punya tujuan yang berbeda antara bekerja dan mengelola usaha sendiri. Namun intinyya tetap sama, yaitu bertujuan untuk mencapai yang terbaik bagi semua pihak. Di tempat kerja berbuat terbaik bagi pemilik usaha dan rekan sekerja, di perusahaan sendiri tentunya yang terbaik bagi diri sendiri dan keluarga.
Dengan memiliki tujuan agar tercapai yang terbaik, diharapkan 10 tahun mendatang keduanya bisa mencapai 10 kali kebaikan dari sekarang. Di tempat saya bekerja, perusahaan menjadi semakin berkembang, klien yang sedang digarap juga ikut berkembang dan tidak berpindah ke perusahaan iklan lain, sehingga semua iklan yang diinginkan klien digarap oleh biro iklan kami. Di bidang usaha yang dikelola oleh keluarga saya, 10 kali kebaikannya suadah tentu akan menjadi semakin diakui eksistensinya, semakin berkembang, sehingga harapan ketika mendirikan usaha untuk mempekerjakan kerabat yang belum beruntung dapat pekerjaan bisa terlaksana. Perusahaan juga sudah dapat diandalkan untuk menghidupi generasi penerus.
Berubahnya tujuan hidup
Tujuan hidup 20 tahun lalu yang hanya sekadar ingin memiliki sebuah usaha di bidang media cetak dan elektronik (radio), ternyata seiring berjalannya waktu berubah menjadi lebih spesifik. Meskipun bukanlah usaha media seperti tujuan awal. Namun pada prinsipnya sama, yaitu mengelola sebuah usaha sendiri. Ketika sudah berhasil memiliki usaha sendiri apa pun jenisnya, tujuannya menjadi lebih jauh lagi tidak hanya sekadar memiliki tapi punya tujuan agar usaha ini bisa menjadi tumpuan harapan keluarga, terutama bagi keluarga atau kerabat, atau orang-orang baik di dunia ini yang kurang beruntung tidak punya tempat mencari nafkah, semoga usaha ini bisa menghidupi mereka dan keluarganya sepanjang masa. Ketika saya diberi tanggung jawab menghidupi seorang anak oleh Yang Maha Kuasa, tujuan dari usaha ini jadi bertambah, yaitu agar bisa menjadi kebanggaan anak nantinya ketika dia beranjak dewasa, dan bis amenjadi sandaran hidupnya di masa depannya kelak.
No comments:
Post a Comment