Saat pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2012 lalu, tim dari
pasangan Joko Widodo dan Basuki “Ahok” Purnama, yang sekarang sudah jadi
Gubernur & Wakil Gubernur, sempat memasang iklan kampanye mereka di
jalan ke arah gerbang keluar tol Bekasi Barat dari arah Jakarta.
Pengendara yang hendak keluar tol Bekasi Barat yang biasanya disuguhi
iklan rokok mild terkenal, saat itu digantikan dengan iklan kampanye
baju kotak-kotak tersebut.
Entah apa alasan mereka memasang iklan kampanye di situ, di tempat
yang memang strategis tapi sudah jelas-jelas bukan merupakan wilayah DKI
Jakarta. Siapa yang hendak mereka jadikan sasaran? Apakah warga DKI
yang sering berkunjung ke Kota Bekasi, atau para supir truk Dinas
Kebersihan DKI yang akan membuang sampah ke arah Bantargebang, atau
berminat jadi Cawalkot Bekasi jika gagal jadi gubernur di DKI?
Semoga pemasangan kampanye tersebut bukan karena mengira wilayah Kota
Bekasi ini masih termasuk wilayah Jakarta. Fenomena ini bukan sekadar
wacana, banyak yang mengira kota Bekasi itu sama dengan Jakarta.
Beberapa kerabat yang tinggal di Jogja dan Solo waktu itu sempat
bertanya kepada penulis, memilih siapa dalam Pilgub DKI Jakarta.
Meskipun mereka semua sudah pernah bertandang ke rumah penulis di kota
Bekasi, tetap saja mereka mengira kota ini masuk wilayah DKI.
Lain lagi dengan kerabat atau pun teman-teman dari Bogor. Meskipun
mereka sudah tahu bahwa Bekasi itu termasuk wilayah Jawa Barat, namun
kerap kali dalam menyebut arah ke Bekasi mereka selalu bilang “ke
Jakarta”. Apalagi ketika belum ada jalan lingkar luar sambungan dari
Cikunir ke Kampung Rambutan, sehingga semua perjalanan lewat tol dari
Bogor arah Bekasi harus keluar dulu ke Jakarta, tepatnya di Cawang
(UKI), sebelum masuk lagi ke tol arah Cikampek.
Bukan salah mereka jika mengira seperti itu. Sejak dahulu memang kota
Bekasi telah menjadi daerah penyangga ibukota yang paling mepet dengan
Jakarta. Juga merupakan salah satu daerah tempat tinggal asli masyarakat
Betawi, ditambah sebagian besar warga Bekasi mencari segenggam berlian
di Jakarta. Perilaku serta kebiasaan selama beraktivitas di ibukota mau
tak mau ikut terbawa ketika kembali pulang ke Bekasi. Jadilah kota
Bekasi seperti fotokopiannya Jakarta. Jadi tak heran jika status
“kewarganegaraan” warga Bekasi terkena bias metropolitan Jakarta.
Namun kini warga Bekasi tampak semakin punya rasa percaya diri dengan
keberadaan status domisilinya. Keberadaan komunitas lokal seperti
contohnya Blogger Bekasi ini semakin membangkitkan semangat pengakuan
akan status ke-Bekasi-an kita semua. Melihat perkembangan kota Bekasi
yang semakin metropolis dan mandiri, bukan tak mungkin akan semakin
banyak warga Bekasi yang tidak tergantung lagi dengan DKI, sehingga
makin mantab dan bangga untuk mengaku sebagai warga Bekasi. Semoga.
[b\w]
Sumber: bloggerbekasi.com
No comments:
Post a Comment