2/2/10

TERJEBAK CINTA & FANTASI LIAR BEKASI


Pagi hari di kota Bekasi, kehidupan berjalan normal, para pekerja berangkat seperti biasa. Mereka yang bekerja, kebanyakan di Jakarta, pagi-pagi sekali sudah memacu kendaraannya keluar dari tempat tinggalnya. Sebagian ada yang membawa kendaraan roda empat, juga ada yang bermotor roda dua, tak sedikit pula yang memakai sepeda, begitu juga yang berjalan kaki. Udara terasa sejuk karena di kanan-kiri sepanjang jalan-jalan utama di kota itu banyak ditumbuhi pohon-pohon yang hijau dan asri, sehingga menambah semangat warga yang pagi itu akan memulai aktivitas bekerjanya.

Pergerakan para pengendara roda empat terbagi lagi menjadi dua, kira-kira setengah dari mereka langsung berpacu dengan waktu ke arah Jakarta lewat jalan tol Jakarta-Cikampek yang keadaannya setiap pagi ramai lancar, sebagian lagi lewat jalan inspeksi Kalimalang (Jl. KH Noer Ali), ada juga yang lewat jalan Raya Bekasi arah Pulogadung. Setengahnya lagi ternyata menuju ke sebuah gedung yang terletak di daerah jalan “segitiga emas”nya Bekasi, yaitu di Jalan Ahmad Yani, tepatnya di zona pintu keluar tol Bekasi Barat. Gedung yang terletak di tengah-tengah tiga gedung mall besar itu dahulu pernah juga menjadi pusat perbelanjaan, hanya saja tak kuat bersaing dengan yang lebih besar di kanan-kiri-depannya.

Dahulu warga kota Bekasi mengenal gedung tersebut sebagai sebuah pusat belanja yang berganti-ganti, dari mulai Borobudur hingga Ramayana. Posisi yang sangat strategis di tepi jalan tol dan jalan utama Bekasi sepertinya tidak berpengaruh terhadap kelangsungan hidup usaha di dalamnya. Kini setelah dialih-fungsikan sebagai stasiun utama monorail Bekasi (Bekasi Monorail Main Station), lokasi tersebut seperti gak ada matinya. Bagaimana tidak, stasiun tersebut dilengkapi dengan fasilitas penitipan mobil dan motor yang luas di basement-nya, warga yang bekerja di Jakarta cukup memarkirkan kendaraan di sana lalu melanjutkan menuju tempat kerja dengan naik monorail yang relnya terbentang di atas saluran air Kalimalang antara Bekasi – Jakarta.

Sementara, kawasan yang disebut “segitiga emas” di kota Bekasi itu juga sebenarnya telah membuat banyak warga Bekasi tak lagi repot-repot cari kerja, atau berkantor di ibukota. Karena di kawasan yang tertata rapi itu, sudah banyak gedung–gedung perkantoran modern yang tak kalah dengan zona perkantoran di segitiga emas Jakarta. Malahan ada sebuah bank nasional yang memilih mendirikan gedung bertingkat sepuluh, yang juga dijadikan sebagai kantor pusat, di kawasan tersebut. Mereka pilih Bekasi karena di kota seluas 210 km persegi ini telah berkembang menjadi kota satelit Jakarta yang modern, lengkap, dan tertata rapi.

Ya, Kota Bekasi memang sebuah kota modern dengan jalan-jalan utama yang cukup lebar, 6 lajur kendaraan plus tanaman bunga yang cantik di atas separator pemisah, dan pohon-pohon rindang di kanan-kiri jalan. Sarana transportasi memadai, dengan halte berdesain ergonomis, memiliki terminal bus antar provinsi yang berstandar internasional. Permukaan jalan yang mulus, karena tidak lagi bolong-bolong karena tergenang air akibat pembuatan saluran drainase yang dalam dan terarah dengan baik menuju Kali Bekasi dan Kalimalang, sehingga warga kota sudah lupa dengan yang namanya banjir. Semua kebutuhan hidup warga juga telah terpenuhi dan tersedia di kota yang berpenduduk hampir mencapai 2 juta jiwa ini. Sarana olahraga sudah siap dan lengkap di kompleks Bekasi Sport Centre di jalan Ahmad Yani. Kegiatan berkesenian, seperti konser musik & art performing, juga sudah sering digelar di Bekasi Concert Hall, atau di convention room di beberapa hotel berbintang di Bekasi.

Namun sayang, semua kondisi ideal kota Bekasi seperti yang ditulis di atas ternyata hanyalah fantasi semata. Kenyataannya, kota Bekasi masih berjalan tertatih-tatih untuk menjadi kota yang sejuk dan modern. Jalan-jalan, terutama yang menjadi bagian dari “Jalur Pantura”, memang sudah mulai diperlebar dengan pembuatan trotoar yang rapi di pinggirnya dan penanaman pohon di atas beton pemisahnya. Namun kelakuan pengendara angkutan kotanya masih tidak berubah. Jalan yang lebar akhirnya tetap jadi sempit karena mereka dengan cueknya mereka menunggu penumpang dengan berhenti bertumpuk menghabisi badan jalan. Ribuan pengendara sepeda motor tetap berdesakkan untuk mendapat tempat paling depan ketika lampu lalu lintas berwarna merah, atau ketika akan melintasi rel KA yang palangnya sedang tertutup. Coret-coretan dan sampah tetap eksis ada di mana-mana tak terkendali, mungkin juga karena kurangnya tempat sampah, atau memang tak punya kesadaran bersih lingkungan?

Kalau ngomong tentang pembenahan kota, pasti berhubungan erat dengan pendapatan daerah. Kota Bekasi sesungguhnya hanya punya kekayaan lokasi yang strategis dan jumlah penduduk yang lumayan banyak, potensi yang terbatas tentunya bukanlah alasan untuk tidak bisa berkembang. Takdir geografis kota Bekasi yang menempel dengan Jakarta dan menjadi jalur utama ke arah timur justru dapat dimanfaatkan untuk menjadi daerah transit favorit. Lihat Singapura! Apa yang dimiliki oleh negara kota tersebut awalnya tak beda jauh dengan Bekasi, bahkan mereka cuma mengandalkan lokasi yang strategis. Tapi buktinya, mereka bisa seperti sekarang, padahal sebagian besar pendapatan mereka hanya dari jual jasa bagi negara-negara lain, termasuk dari Indonesia!

Jika melihat kasus Singapura, bukan tak mungkin fantasi liar akan kota Bekasi seperti ditulis di atas benar-benar bisa terwujud, tinggal masalahnya adalah warga juga harus mau mengubah kelakuannya. Sarana jalan yang bagus juga perlu pemakai jalan yang disiplin, dan warga sekitar yang peduli lingkungan. Oh iya, sebelum masyarakat dituntut untuk lebih peduli dan menjaga keindahan dan kenyamanan kota, perilaku pejabat pemerintahnya adalah bagian terpenting dari bakal tercapainya semua itu. Jangan ada lagi pungutan liar bagi warga yang akan mengurus surat-surat birokrasi. Jangan ada lagi kelakuan sok jagoan pejabat pemerintah jika berhadapan dengan warga. Jangan ada lagi jarak antara aparatur pemerintah dan warga, karena hal itu akan sangat menghambat perkembangan kota menuju kondisi yang ideal. Jika cinta Bekasi, ya memang harus berbuat nyata. Jangan terjebak di rasa cinta dan sekadar fantasi liar saja seperti penulis blog ini, hehehe. [b\w]

No comments:

Post a Comment

BACA JUGA

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...